KEADAAN ANAK ANAK SEKOLAH DI PEDALAMAN TANGGERANG
KEADAAN ANAK ANAK SEKOLAH DI
PEDALAMAN TANGGERANG
Pendidikan merupakan salah satu
pilar keberhasilan negeri ini membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya.
Melalui lembaga pendidikan, para calon pemimpin bangsa ini ditempa dan
diasah agar kelak menjadi pemimpin yang tangguh, disiplin dan mengabdikan diri
kepada masyarakat yang telah membesarkan dirinya. Dalam muhibah ke desa-desa
dipedalaman Kalimantan Tengah beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa rekan
mampir disebuah desa di Sungai Katingan, tujuan kami bukanlah ingin mengetahui
bagaimana pendidikan anak-anak usia dini didesa tersebut tetapi lebih kepada
kunjungan biasa yang bersifat silaturahmi dengan para perangkat desa, tetua
adat dan para tokoh yang ada didesa tersebut. Dalam kesempatan tersebut saya
tertarik pada sebuah bangunan yang mereka sebut sebagai gedung sekolah dasar,
tapi bagi saya lebih merupakan sebuah bangunan tua yang hampir tidak layak
pakai. Yang lebih membuat saya tertarik, saya melihat banyak anak-anak
menggunakan pakaian wajib sekolah dasar, merah-putih. Dengan memberanikan diri
saya mencoba melongok kedalam, melihat situasi belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Saya dapati seorang guru (sepertinya guru honor dari sebuah
perusahaan swasta terdekat) sedang memberikan materi pelajaran kepada
anak-anak. Tak tampak rasa minder dan rendah diri dari para siswa, mereka
asyik dengan pelajaran yang diberikan oleh si ibu guru. Dikondisi bangunan
seadaanya tersebut, saya masih menyaksikan bagaimana antusiasnya mereka belajar
merengkuh pengetahuan, diwajah-wajah imut mereka terpancar rasa bangga bahwa
mereka bisa bersekolah walaupun dengan fasilitas yang boleh dikatakan
sangat-sangat minim. Pribadi saya miris melihat kondisi tersebut, bahkan saya
hampir menitikan air mata melihat kondisi mereka. Tapi saya juga bangga,
dikondisi yang sedemikian minim minat mereka untuk bersekolah begelora demikian
besar. Saya sengaja tidak menanyakan sesuatu pada mereka, cuma saya
salami satu-satu, saya belai kepala mereka laksana saya membelai saya kepala
anak saya sendiri. Dan tak lupa saya salami ibu gurunya yang cukup manis,
tapi tak berani membelai rambutnya, bisa-bisa pulangnya saya dapat hukuman
ulun/jipen karena telah berlaku kurang ajar. hehehehe... Saya tidak bermaksud
melakukan intervensi kepada pemerintah daerah setempat, tetapi jika ada
kesempatan cobalah mendatangi desa dan sekolah tersebut, dengan sedikit
memberikan perhatian entah itu berupa buku paket, perbaikan sarana dan
prasarana belajar tentu akan sangat membantu mereka menatap masa depan dan
memberikan semangat pada guru yang mengajar pada sekolah tersebut. Dalam
perjalanan pulang, salah seorang teman dari Humas PT. SBK menjelaskan bahwa
guru disekolah tersebut benar merupakan guru bantuan (honorer) dari PT. SBK
dengan pendapatan setara UMP Kalimantan Tengah ditambah beberapa kepeluan lain
dari daftar pesanan rutin untuk keperluan penyuluh lapangan. Dari penjelasan
itu, saya membayangkan seandainya tidak ada guru bantu dari perusahaan swasta
terdekat siapa yang mengajari mereka pengetahuan dasar (pada saat berkunjung,
saya tidak menjumpai ada guru dengan status PNS dan saya hanya mendapati satu
orang guru yang sedang mengajar). Kembali lagi, dalam kondisi seperti ini
perhatian dari Pemerintah Daerah setempat sangat diperlukan, karena semua
anak-anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Maaf,
saya dengan sengaja tidak menyebutkan nama desa, nama sekolah dan nama guru
yang saya temui, jika memang ada kepedulian dari Pemda setempat saya fikir
mereka akan tahu sekolahan mana yang dimaksud. Dalam kondisi keterbatasan
dana, saya bisa memaklumi jika fasilitas pendidikan belum merata sampai ke
pelosok namun saya percaya Pemda dapat memberikan solusi terbaik, sebagai mana
kalimantan-tengah
Komentar
Posting Komentar