REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeA0qZkssqjbETWPVA95ruHqCcBQO4l1e6QHrItJrzyWbOz-3aG8ev1KggjR20g9doIyQPBcRuCzgVqfdgu4laRJNiAJpsvtLz7dfNL4RvZGKopyfUYyHJdTLvm3UidgHOH60s8Tz-3rI/s320/global+warming.jpg
·       Pengertian Reklamasi
·         Apa Sejatinya REKLAMASI itu?
·         Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia terbitan PT. Gramedia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah.
·         Sedangkan pengertiannya secara ilmiah dalam ranah ilmu teknik pantai, reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau.
·         Apa tujuan reklamasi?
·         Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.
·         Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Alternatif lainnya adalah pemekaran ke arah vertikal dengan membangun gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.
·         Apakah reklamasi itu selalu identik dengan pengurugan?
·         Semua pekerjaan pengurugan tidak termasuk dalam kategori reklamasi, dan reklamasi tidak selalu berupa pengurugan. Lho??!
·         Begini, tidak semua pekerjaan pengurugan di suatu kawasan dapat disebut reklamasi. Dalam definisi di atas terdapat syarat dan ketentuan *haalah kayak iklan SIM card saja* bahwa kawasan yang diperbaiki tersebut adalah berair. Sekali lagi….., BERAIR. Jadi untuk kawasan yang tak berair, tak tepat jika dikatakan kawasan tersebut akan direklamasi. Maka untuk pekerjaan penimbunan tanah di kawasan tak berair, disebut saja dengan pekerjaan pengurugan atau penimbunan lemak tanah.
·         Penjelasan kedua, reklamasi tidak selalu berupa pengurugan. Prosesnya adalah pengeringan kawasan berair. Proses tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, pertama dengan pengurugan dan kedua dengan penyedotan (pembuangan) air keluar dari kawasan tersebut. Cara pengurugan adalah cara yang paling populer dan paling mudah dilakukan, dan banyak diamalkan oleh pelaku reklamasi. Sedangkan cara penyedotan air adalah cara yang paling rumit dan memerlukan pengelolaan serta pemeliharaan (maintenance) yang teliti dan terus menerus. Contoh negara pengamal cara kedua ini adalah Belanda.
·         Apa keuntungan dan kerugiannya?
·         Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dll.
·         Perlu diingat bahwa bagaimanapun juga reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis. Perubahan ini akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan lingkungan di daerah lain (seperti pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau untuk material timbunan).
·         Bagaimana cara mengurangi dampak buruknya?
·         Untuk mereduksi dampak semacam itu, diperlukan kajian mendalam terhadap proyek reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu serta didukung dengan upaya teknologi. Kajian cermat dan komprehensif tentu bisa menghasilkan area reklamasi yang aman terhadap lingkungan di sekitarnya.
·         Sementara itu karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan proyek dan pasca reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Karena perubahan hidrodinamika dan buruknya sistem drainase ini yang biasanya berdampak negatif langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
·         Yang perlu dipikirkan lagi adalah sumber material urugan. Material urugan biasanya dipilih yang bergradasi baik, artinya secara teknis mampu mendukung beban bangunan di atasnya. Karena itulah, biasanya dipilih sumber material yang sesuai dan ini akan berhubungan dengan tempat galian (quarry). Sumber galian yang biasanya dipilih adalah dengan melakukan pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau tak berpenghuni. Hal ini tentunya akan mengganggu lingkungan di sekitar quarry. Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan cara mengambil material dengan melakukan pengerukan (dredging) dasar laut di tengah laut dalam. Pilihlah kawasan laut dalam yang memiliki material dasar yang memenuhi syarat gradasi dan kekuatan bahan sesuai dengan yang diperlukan oleh kawasan reklamasi.
·         Kalau begitu kawasan reklamasi itu mahal?
·         Ooo…, jelas mahal. Lebih-lebih bila negara atau kota pelaku reklamasi tidak punya quarry sendiri. Dengan membeli material urugan secara selundupan saja perlu biaya yang mahal, apalagi bila dilakukan secara legal

·       Reklamasi Pantai Utara Diprediksi Akan Tenggelamkan Jakarta
http://assets.kompas.com/data/photo/2016/04/10/104212520160410-094802780x390.jpg
Puluhan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia mengadakan aksi unjuk rasa di Bundaran HI, Minggu (10/4/2016). Dalam aksinya yang digelar bersamaan dengan pelaksanaan car free day itu, para mahasiswa meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut semua yang terlibat dalam perizinan proyek reklamasi di Teluk Jakarta.
 Dewan Daerah (DD) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta, Moestaqim Dahlan, memprediksi reklamasi di pantai utara Jakarta akan menenggelamkan Ibu Kota.
Ia mengungkapkan hal itu pada program acara Aiman, Kompas TV, Senin (11/4/2016) malam.
"Reklamasi Teluk Jakarta dilakukan, 30-50 tahun ke depan akan menenggelamkan DKI Jakarta. Karena kita lihat bentang alamnya diubah, berubah bentang alam pasti bencana ekologi terjadi," kata Moestaqim.
Reklamasi laut akan mewujudkan sebuah kota baru. Namun kota baru itu, menurut dia, akan menenggelamkan kota lama. Ia menyebut struktur ekologi Jakarta berbeda dengan Singapura maupun Qatar yang berhasil melakukan reklamasi.
"Ketika daerah hulu dibangun, luapan banjir lebih besar. Karena aliran dari 13 sungai masuk ke lautnya terhambat. Belum lagi air laut yang naik, karena lebih tinggi, maka (air laut) akan naik ke daratan," kata Moestaqim.
Dia juga menyebut pengembang mengambil material dan pasir secara ilegal untuk membangun pulau. Awalnya, mereka mengambil material dari Banten. Tetapi warga setempat menolaknya. Mereka lalu mengambil material dari Bangka Belitung. Warga di sana juga sudah menolak materialnya diambil.
Alternatifnya, pengembang mengambil pasir di Teluk Jakarta. Akibatnya, 40 pulau tidak berpenghuni di Kepulauan Seribu tenggelam.
"Reklamasi juga membuat air keruh, terumbu karang hilang, biota laut tidak ada lagi, dan ikan-ikan menghilang. Artinya, reklamasi Teluk Jakarta sangat merugikan," kata Moestaqim.
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atauAhok menyebut reklamasi  akan menghasilkan tambahan daratan seluas 5.100 hektare atau lebih besar dari luas wilayah Sukabumi, Jawa Barat.
Lahan hasil reklamasi akan terbagi menjadi 17 pulau yang terbentang di pantai utara Jakarta. Ke-17 pulau itu dibagi menjadi tiga kawasan. Kawasan barat untuk pemukiman dan wisata. Kawasan tengah untuk perdagangan jasa dan komersial. Sedang kawasan timur untuk distribusi barang, pelabuhan, dan pergudangan.

·              Gara-gara Reklamasi, Jumlah Elang di Kepulauan Seribu Kritis  

Gara-gara Reklamasi, Jumlah Elang di Kepulauan Seribu Kritis  
 Dampak reklamasi Teluk Jakarta diperkirakan merembet ke sejumlah ekosistem satwa di kawasan Kepulauan Seribu. Ketua Jakarta Animal Aid Network Benevica mengungkapkan adanya perubahan ekosistem elang di Taman Nasional Kepulauan Seribu karena reklamasi Teluk Jakarta.

"Dari pengamatan kami, habitat elang mulai bergeser dari kawasan Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu ke kawasan lainnya," kata Benevica kepada Tempo di Kepulauan Seribu, Minggu, 10 April 2016. Dia mengatakan hal ini disebabkan oleh berkurangnya jarak jelajah elang di kawasan Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu sisi selatan.

Saat ini jumlah elang di kawasan Kepulauan Seribu tak lebih dari seratus ekor. Jumlah itu terdiri atas 39 ekor elang jenis bondol, sepuluh ekor elang laut, dan seekor elang kepala abu. Penurunan jumlah elang diperkirakan terjadi karena ekosistem telah berubah.

Reklamasi laut itu telah membuat populasi ikan sebagai makanan elang menipis dan bergeser ke kawasan lain. Karenanyam, habitat elang ikut berubah dan bermigrasi ke kawasan lain. Hanya, dia belum mendeteksi kawasan baru migrasi elang.

Untuk memperbaiki ekosistem ini, Presiden Joko Widodo akan melepas burung elang, penyu, dan menanam pohon bakau di Kepulauan Seribu pada Kamis, 14 April. Benevica mendorong pemerintah semakin menggalakkan upaya pelestarian dan rekonsiliasi alam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

membudayakan menabung sejak dini

KEADAAN ANAK ANAK SEKOLAH DI PEDALAMAN TANGGERANG

TOKOH YANG BERPERAN DALAM TEKS PROKLAMASI